ALTERNATIF BUAT YANG NGGAK SANGGUP MENDAKI RINJANI: BUKIT PERGASINGAN! 2017-08-07 00:00

Spot sejuta umat di Bukit Pergasingan

 

Bukit Pergasingan di Lombok sudah sejak tahun lalu memincut saya terutama setelah foto-fotonya beredar di jagat media sosial. Petak-petak ladang warna-warni yang dipeluk pegunungan dan dipayungi awan bergumpalan itu bener-bener bikin mupeng. Tapi Juli tahun 2016 lalu saya dan rombongan teman-teman fokus pada target muncak Gunung Rinjani. Jadi takut capek duluan kalau ke sana sebelum pendakian, dan sudah nggak ada energi lagi buat ke sana usai pendakian.

 

Siapa yang tak tergoda ke sini?

 

Bukit Pergasingan di Desa Sembalun, Lombok Timur itu akhirnya saya daki tepat setahun setelahnya, tanggal 30-31 Juli 2017 lalu. Kami serombongan terdiri dari 11 orang, berangkat ditemani satu pemandu gunung dan tujuh orang porter yang membawa semua perlengkapan dan logistik. Kami memulai pendakian dari Desa Sembalun di ketinggian 1.144 mdpl menuju ke Puncak Satu Bukit Pergasingan di ketinggian 1.685 mdpl, tempat kami berkemah. Jalan kaki santai dan banyak berhenti buat foto-foto, waktu yang kami butuhkan 2,5 jam.

 

Rombongan kami

 

Bagaimana kesannya?

Luarrrr biasa!! Siapa pun kalian, apalagi yang menyukai keindahan alam, harus banget ke sini. Sepanjang pendakian mata kita dimanjakan dengan pemandangan petak-petak ladang/sawah warga yang berwarna-warni itu di sebelah kanan. Persis apa yang saya lihat di Instagram. Nggak bo’ong. Ada warna hijau, kuning, coklat, abu-abu... Dan petakannya rapiii...  Perbedaan warna karena ladang ditanami tanaman yang berbeda, ada kentang, kubis, cabe, wortel.

 

Di awal pendakian di sebelah kanan sudah bisa terlihat petak warna-warni ini

 

Di belakangnya tampak perbukitan --Bukit Nanggi dan Bukit Anak Dara yang keduanya bisa didaki. Menoleh ke kiri, woww... Gunung Rinjani terlihat gagah sekali di sana. Kadang kerucut puncaknya tertutup awan tebal, kadang terlihat mengintip genit.

 

Rinjani kadang mengintip genit

 

Petak ladang warna-warni itu bisa dilihat dari Bukit Selong juga ‘kan?

Eiitss... Jangan salah. Petakan warna-warni itu memang bisa dilihat dari Bukit Selong di seberang Bukit Pergasingan yang bisa dicapai dengan sangat mudah, cuma 1-2 menit dari gerbang masuk. Tapi tentu angle-nya beda. Bukit Selong nggak tinggi, jadi pandangan kita terbatas.

 

Bukit Selong

 

Baru seperempat jalan aja udah cakep pemandangannya. Lebih cakep dari Bukit Selong

 

Dan lagi, tujuan semua orang mendaki Bukit Pergasingan selain untuk melihat ladang warna-warni itu, juga untuk mengenyam keindahan yang tercipta saat matahari terbenam maupun terbit di puncaknya. Keren dan magiiissss banget suasananya.

 

Memangnya sunset dan sunrisenya bagus ya?

Bangeeet... Sunset bisa ditonton dari Puncak Satu yang menghadap ke arah Puncak Rinjani. Matahari di sebelah kanan, perlahan hilang ditelan awan-awan gendut. Puncak Rinjani di sebelah kiri tampak seperti ikutan menonton matahari pamit.

 

Sunset magis. Matahari di sebelah kanan, Rinjani di sebelah kiri

 

Awan-awan gendut seolah menelan matahari, menyisakan semburat lembayung

 

Semburat lembayung pun merekah di arah sebaliknya. Kami blingsatan memotret sajian di depan mata itu dan juga sibuk minta dipotret tentunya.

 

Pose siluet dengan latar sunset

 

Esok paginya pukul 5.30 kami berangkat menuju Puncak Dua di ketinggian 1.800 mdpl demi melihat sunrise. Melalui jalur terbuka, lalu masuk hutan tropis yang dominan ditumbuhi pohon cemara gunung. Naik terus tapi cukup landai, lalu ketemu tempat terbuka lagi. Dari sini masih harus lanjut menembus hutan, baru ketemu Puncak Dua yang berupa sabana yang lebih luas dari Puncak Satu. Total waktu yang kami butuhkan 30 menit.

 

Jalur menuju lokasi sunrise

 

Sabana Puncak Dua, tempat melihat sunrise

 

Perjuangan menahan dingin dan melawan sisa kantuk terbayar tandas. Kami tiba tepat saat sang surya mulai menyembul, menyinari perairan timur Lombok. Gili Lawang dan Gili Sulat samar terlihat. Semakin tinggi matahari, semakin merona badan Rinjani di arah belakang kami karena tertimpa sinar mentari. Begitu juga petak-petak di bawahnya perlahan mulai lebih berwarna. Di arah selatan tampak Bukit Nanggi dan Bukit Anak Dara seolah mengundang kami datang. Aaarrgh... Bisa tiap tahun ke Lombok nih kalau mau menuntaskan semuanya.

 

Gili Lawang dan Gili Sulat terlihat di kejauhan

 

Rinjani merona ditimpa sinar mentari pagi

 

Petak warna-warni mulai lebih jelas terlihat

 

Makin tinggi matahari, makin warna-warni

 

Ada “bonus” apa lagi?

Taburan bintang di langit dan kerlip lampu senter para pejuang gunung di malam hingga dini hari menjadi bonus saat bermalam di Puncak Satu Bukit Pergasingan.

 

Bintang bertaburan dan barisan senter para pendaki di jalur muncak Rinjani

 

Lokasi nenda yang tepat menghadap Rinjani juga menjadi bonus tersendiri. Gimana gitu rasanya sarapan atau bersantai sambil memandangi gunung anggun itu.

 

Lokasi kemah langsung menghadap Rinjani

 

Leyeh-leyeh sambil menatap Rinjani

 

Sulitkah jalur pendakiannya?

Nggak sulit, tapi nggak bisa dibilang mudah. Dengan total jalur sepanjang 2,2 km sebenarnya trek ini termasuk kategori ringan, apalagi di 10-an menit pertama jalurnya berupa tangga. Total anak tangganya, katanya, 105. Saya sih nggak ngitung.

 

Jalur awal berupa tangga

 

Jalur tangga di awal pendakian

 

Tapi setelah itu nggak ada tangga lagi, hanya jalur tanah berbatu di punggung bukit yang makin terjal, hingga kemiringan sekitar 70 derajat. Lumayan menyulitkan. Di beberapa ruas kami harus setengah memanjat saking terjalnya. Untung masih ada pijakan-piakanyang telah dibuat, dan di beberapa spot ada bebatuan yang bisa menjadi pijakan atau pegangan.

 

Selanjutnya jalur tanah berbatu

 

Di beberapa tempat dibuat pijakan

 

Sesekali kami berhenti untuk melihat ke belakang kanan, di mana petak-petak warna-warni itu makin kelihatan luas seiring dengan makin tingginya kami mendaki.

 

Makin tinggi mendaki makin terlihat jelas

 

Persis seperti perkiraan Subur, pemandu kami, sekitar 1 jam berlelah-payah mendaki, tibalah kami di area datar. Aaaah, senangnya. Tapi sayang, kesenangan ini tak berumur panjang. Hanya selang beberapa menit merasakan rute yang relatif datar, kemudian kami digempur lagi oleh tanjakan.

 

Nanjak lagi

 

Nanjak terus

 

Kami mendaki mulai pukul 3 sore kurang 10 menit, sinar matahari masih lumayan gahar, dan rute pendakian nyaris 100% terbuka, nggak ada pohon besar untuk berteduh. Untunglah selain petak warna-warni, penampakan Rinjani di punggung kami menyuntikkan semangat tersendiri. Saat awan menyeruak dan mempertontonkan pucuk Rinjani, kami buru-buru berpose dengan latar belakang Rinjani. Lantas saya pun teringat pengalaman yang nyaris menyenggol jiwa setahun lalu di gigiran Puncak Rinjani --saat si Baru Jari (anak Rinjani) meletus dan saya bersama rombongan summiters yang terakhir masih berada di gigiran, dengan jarak nggak sampai 1 km dari letusan (kisahnya bisa dibaca di sini).

 

Berpose dengan latar Rinjani

 

Total 2,5 jam mendaki, kami pun tiba di Puncak Satu Pergasingan pukul 5 lewat 15 menit. Masih keburu buat ngelempengin kaki, bikin foto siluet, pesta aneka snack dari yang halal sampai haram, sebelum menikmati sunset keceh!

 

Tiba di lokasi kemah, Puncak Satu

 

Sambil nunggu sunset, foto siluet dulu

 

Untuk turunnya, memang lebih cepat, jadi 1,5 jam. Tapi juga nggak bisa dibilang ringan. Lutut gemetar karena menahan tubuh di turunan terjal. Kadang-kadang ngeri, kalau kepleset bisa ngegelundung ke bawah. Makanya disarankan selain pakai sepatu trekking yang solnya kasar dan daya cengkeramnya kuat, juga bawa trekking pole. Juga jangan ragu ngesot kalau nggak pede buat ngelangkah turun dengan tegak.

 

Sambil turun sambil lihat pemandangan

 

Turun sambil melihat pemandangan di depan mata

 

Jika mengukur tingkat kelelahan dan effort, kami sepakat rute ke Pergasingan ini kira-kira sepertiga Bukit Penyesalan (rute Desa Sembalun ke Plawangan Sembalun, Rinjani). Jadi bagi yang merasa nggak sanggup mendaki Rinjani bahkan hanya sampai Plawangan Sembalun, tapi ingin menikmati keindahan Taman Nasional Rinjani, ke Bukit Pergasingan aja deh.

 

 

Bagaimana cara ke Pergasingan dan berapa biayanya?

Kami sih ogah repot, mau aman dan nyaman. Jadi kami pakai jasa operator yang menyiapkan segalanya, ya pemandu, ya porter, ya perlengkapan kemping (tenda, sleeping bag, matras berbusa, bantal kecil, peralatan masak dan bahan makanan), juga transportasi ber-AC menuju Desa Sembalun dan juga penginapan di Desa Sembalun malam sebelumnya. Jadi biaya yang kami keluarkan nggak bisa jadi patokan apalagi kami sekalian tur ke tempat-tempat lain di Lombok, total 5 hari.

 

Semuanya diurus oleh operator, kami tinggal bawa badan

 

Tapi kalau biaya tiket masuk Kawasan Wisata Bukit Pergasingan adalah Rp 15.000 per orang yang dibayarkan kepada pengelola Bukit Pergasingan, yakni pemuda setempat yang tergabung dalam Sembalun Development Community Centre (SCDC).

 

Desa Sembalun sebagai base pendakian ke Bukit Pergasingan dapat dicapai dari Lombok International Airport di Praya Lombok Tengah dengan berkendara 2,5-3 jam melewati jalur Pusuk ataupun menyusuri Senggigi terus ke Lombok Utara.

 

Siap berangkat, Kawan?

 

Teks: Mayawati NH Foto: Erizal Gunawan, Hemawati Nurhalim, Jetty Mardona, Mayawati NH, Priyo Tri Handoyo, Verita Amahorseya, Subur Trekking Guide
Comment
maya

Silakan hubungi Rinjani Trekking Club di 083129185878

2018-02-11
rara

hai.. boleh tau kontak travel yg dipakai apa ya? saya rencana mau ke pergasingan n ogah repot juga hahaha

2018-02-05
maya

Silakan hubungi Rinjani Trekking Club di 083129185878

2018-02-11