RITUAL DANA MAKAN PAGI YANG DIKEJAR TURIS MANCANEGARA 2016-05-22 00:00

Seorang ibu warga lokal Luang Prabang memberi derma

 

Selain keindahan alam, keragaman kuliner, keagungan sejarah, keunikan budaya, banyak wisatawan datang ke suatu negara atau tempat karena di sana ada ritual unik yang jarang ditemukan di tempat lain. Salah duanya adalah ritual morning alms (pindapata) atau dana makanan pagi bagi para bhiksu di Kota Luang Prabang, Laos, dan di Maha Gandayon Kyaung Monastery di Mandalay, Myanmar. Di Indonesia sendiri ritual ini ada dan bersifat terbuka hanya saat menjelang Waisak saja, tidak setiap hari seperti di dua tempat itu. Namanya Pindapata Gema Waisak yang untuk tahun ini telah dilangsungkan di Taman Museum Fatahillah Jakarta Kota 24 April 2016 lalu.

 

LUANG PRABANG MERONA KUNING

 

Tidak sah rasanya ke Luang Prabang tanpa menjadi bagian dari ritual sedekah pagi (pindapata) kepada para bhiksu. Ritual yang dalam bahasa setempat dikenal dengan nama Tak Bat ini dimulai pagi-pagi sekali. Para bhiksu yang jumlahnya ratusan –tua-muda bahkan anak-anak--  akan mulai keluar dari wiharanya masing-masing dengan membawa pata (sejenis mangkuk) setelah terdengar bunyi genta bertalu-talu dari Wat Xieng Thong, wihara utama yang menjadi landmark Luang Prabang.

Wat Xieng Thong

 

Tak hanya warga lokal yang boleh menjadi bagian dari ritual ini. Kita para turis pun, tak peduli apa agamanya, boleh ikut memberi sedekah makanan kepada para bhiksu. Bersiaplah sebelum pukul 6 pagi di pinggir jalan kalau mau ikutan. Tentunya dengan membawa makanan yang telah disiapkan sebelumnya. Biasanya banyak orang lokal menjajakan nasi ketan (khaw niauw) yang menjadi makanan utama untuk sedekah. Nasi ketan sudah dibungkus daun pisang dalam ukuran sekepal-sekepal.

 

Kalau makanan Anda sudah habis, menyingkirlah, dan berdirilah di tempat di mana Anda bisa mengamati ritual ini tanpa mengganggu langkah para bhiksu. Rasakan aroma magis pagi hari demi melihat barisan jubah kuning itu berjalan penuh takzim melalui jalan-jalan kota tua Luang Prabang.

 

TIPS:

  • Pastikan nasi ketan yang kita beli berkualitas baik. Disarankan, daripada beli di pinggir jalan, lebih baik minta hotel tempat kita menginap yang menyiapkan, tentunya dengan membayar ya.
  • Kita harus bergerak cepat memasukkan makanan ke pata para bhiksu karena mereka tak akan menunggu.
  • Bawalah tikar dan duduklah bersimpuh saat memberikan dana. Alas kaki harus dilepas tentunya.
  • Sebaiknya jangan sampai menyentuh tangan para bhiksu ataupun melakukan kontak mata terutama bagi para wanita.
  • Kenakan pakaian yang sopan.
  • Sebagai turis tentu kita ingin difoto saat memberikan derma makanan. Lakukanlah senatural mungkin. Jangan demi berpose, Anda mengganggu jalannya ritual. Dan jangan gunakan flash.
  • A big no no: jangan memasukkan selain makanan, apalagi uang ke dalam pata. Ini kesalahan fatal yang sering dilakukan para turis.
  • Tanyakan pada hotel tempat Anda menginap atau pada warga lokal mana pun, jalan mana saja yang akan dilalui barisan para bhiksu, jadi Anda nggak menunggu di tempat yang salah.
  • Yang terpenting: JANGAN menjadi bagian sekelompok turis yang demi mendapatkan foto-foto bagus menghalalkan segala cara untuk merusak ritual ini.

 

 

LAUTAN MAROON DI MAHA GANDAYON

 

Lain di Luang Prabang, lain lagi di Maha Gandayon Kyaung Monastery yang berada di Amarapura, bagian dari Kota Mandalay, Myanmar. Komplek wihara yang juga memiliki asrama dan tempat belajar para bhiksu ini menjadi tujuan utama turis yang berkunjung ke Mandalay. Tentunya karena ada ritual lautan para bhiksu berjubah merah maroon menerima dana makanan.

 

Kalau di Luang Prabang jam 6 pagi, di sini sekitar jam 10 pagi baru akan dimulai. Dan kalau di Luang Prabang para bhiksu datang dari berbagai vihara lalu turun ke jalan untuk berbaris, di sini para bhiksunya memang tinggal di asrama di komplek wihara ini. Menjelang jam 10 mereka mulai keluar dan berbaris di halaman wihara, sementara para umat (kebanyakan kaum ibu) menyiapkan makanan di dandang/panci-panci besar di dapur umum. Kita boleh juga mengintip dan memotret di dapur ini.

Tepat pukul 10.30 barisan para bhiksu pun mulai mendekati para umat yang telah rapi juga berjejer di dalam halaman wihara untuk memberikan dana makanan. Sepenglihatan MyTrip, tidak ada turis yang ikut terlibat dalam prosesi ini. Turis hanya menyaksikan di tempat yang telah ditentukan.

Usai mendapat makanan di pata masing-masing, para bhiksu bergerak masuk ke aula makan yang sangat besar di mana telah terdapat meja-meja pendek dengan alat makan lengkap di atasnya. Di sinilah para bhiksu akan makan bersama. Kita boleh melihatnya dari balik jendela. Kalau beruntung, bisa saja Anda diundang makan juga di ruang lain setelah para bhiksu selesai makan.

 

TIPS:

  • Datanglah agak pagi, sebelum jam 10, supaya bisa dapat lokasi strategis.
  • Harap jaga keheningan.
  • Memotret boleh tapi jangan sampai mengganggu.
  • Kenakan pakaian yang sopan.

 

Teks & Foto: Mayawati NH
Comment
masteradmin123456

Mantap!

2016-05-23
Hemawati

Yey...saya sudah menyaksikan langsung dan ikut berdana makan pagi di dpn guest house saya di Luang Prabang th 2009 dan jg sdh menyaksikan ritual dana makan siang malah sdh 2x di Vihara Mahagandayon Amarapura Mandalay Myanmar th 2011 dan blm lama tgl 16 mei 2016 lalu..sangat2 berkesan buat saya,dan buat saya Laos jg Myanmar selalu ngangenin,ingin balik lagi dan lagi

2016-05-22
masteradmin123456

Mantap!

2016-05-23