NAPAK TILAS DI TIONGKOK KECIL LASEM (Bagian 2-Tamat) 2018-09-17 00:00

 

Kelenteng Gie Yong Bio

Kelenteng Gie Yong Bio atau Kelenteng Pembauran ini terletak di jalan Babagan yang berjarak sekitar 2 km dari Karang Turi dan merupakan kelenteng paling unik di Indonesia. Kelenteng tersebut dibangun untuk menghormati 3 tokoh Lasem yang sangat disegani yakni Tan Kee Wie, Oey Ing Kiat dan Raden Panji Margono yang kala itu terlibat langsung dalam Perang Godou Balik melawan VOC pada tahun 1741-1750. Ketiganya gugur di medan perang, Tan Kee Wie gugur saat armada kapalnya tenggelam setelah VOC menembakkan meriam di selat antara Ujung Watu dan Pulau Mandalika, Oey Ing Kiat gugur di Layur, sedangkan Raden Panji Margono gugur di Karangpace, Narukan.

 

 

 

 

Perjuangan ketiga pahlawan ini sangatlah besar, sehingga pada akhirnya dibangunlah Kelenteng Gie Yong Bio sebagai penghargaan atas jasa-jasa kepahlawanan mereka sekaligus sebagai monumen peringatan. Ketiga tokoh ini begitu dihormati sebagai Kong Co dan dibuat patungnya untuk diletakkan di atas altar. Rupang/patung Tan Kee Wie dan Oey Ing Kiat diletakkan secara berdampingan, sementara rupang Raden Panji Margono diletakkan pada altar khusus terpisah. Hal ini membuat Kelenteng Gie Yong Bio mempunyai patung Kong Co yang unik dan tidak dimiliki oleh kelenteng lain, di mana pada kelenteng tersebut disertakan sosok Raden Panji Margono yang dijuluki Kong Co Jawa, Kong Co pribumi satu-satunya di Indonesia.

 

Lontong Tuyuhan

Satu lagi kuliner wajib untuk dicicip di Lasem, yang tak lain adalah Lontong Tuyuhan. Sebenarnya Lontong Tuyuhan ini hampir mirip dengan lontong opor yang merupakan perpaduan potongan lontong, daging ayam dan kuah berwarna kuning. Perbedaannya ada pada model lontongnya yang berbentuk segitiga dan juga racikan bumbunya. Lontong Opor yang sering dijumpai biasanya memakai racikan bumbu merica, tumbar, jinten, bawang putih, bawang merah, kemiri, kencur, dan lainnya, sementara untuk Lontong Tuyuhan, ditambahi cabe merah dan beberapa bumbu lain.

 

 

 

 

Ada beberapa penjual Lontong Tuyuhan di sana, namun yang paling enak dan terkenal terletak di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur yang berjarak sekitar 2 km atau hanya memerlukan waktu 5 menit perjalanan dari Karang Turi. Waktu yang tepat untuk menikmati Lontong Tuyuhan adalah siang hari, kuah kuning yang gurih dan kental akan terasa kesegarannya. Untuk harga Lontong Tuyuhan berkisar antara Rp15.000 hingga Rp20.000/ porsi. Jadi, jangan merasa pernah ke Lasem kalau belum mencicipi Lontong Tuyuhan ya.

 

Batik Lasem

Mungkin Batik Yogya atau Batik Solo sudah sangat familiar bagi kebanyakan orang --wajar karena kedua daerah tersebut memang merupakan Kota Batik terbesar di Indonesia. Lalu bagaimana dengan Batik Lasem? Batik Lasem tak kalah hebatnya dari batik-batik buatan Yogya maupun Solo. Batik Lasem memiliki ciri khas warna menyala yang tajam seperti misalnya warna merah darah ayam atau Abang Getih Pitik dalam bahasa Jawa. Meskipun di era sekarang banyak sekali muncul batik cap atau printing yang memiliki harga jauh lebih murah, tidak menyurutkan bisnis Batik Lasem yang masih bertahan dengan batik tulisnya. Dalam hal pewarnaan pun Batik Lasem tetap setia dengan pemilihan warna-warna kuno tanpa mengadopsi warna-warna modern seperti merah muda maupun biru langit.

Jika ditelisik awal kemunculan Batik Lasem erat kaitannya dengan sosok Laksamana Cheng Ho yang bersandar pada tahun 1413 di kota pesisir yang saat ini dikenal dengan Lasem. Salah satu anak buah kapal yang bernama Na Li Ni memutuskan untuk tetap tinggal di Lasem karena dia merasa cocok tinggal di sana, tepatnya di Desa Binangun. Di desa tersebut, Na Li Ni mulai membuat kreasi berupa kerajinan kain dengan teknik lukis. Motif yang dia buat kala itu adalah motif burung Hong, Liong, Bunga Seruni dan beberapa motif yang lain. Warna yang dia pilih adalah warna merah darah yang menjadi ciri khas orang Tionghoa dan tetap bertahan hingga saat ini.

 

kidang mas proses ke 1

 

kidang mas proses ke 2

 

kidang mas proses ke 3

 

kidang mas proses ke 4 -  pembilasan

 

Salah satu tempat produksi Batik Lasem di Karang Turi adalah Batik Kidang Mas, sementara untuk harganya pun bervariasi tergantung tingkat kerumitan motifnya, yakni berkisar antara Rp300.000 hingga jutaan rupiah. Di sini selain untuk berbelanja, pengunjung juga bisa menyaksikan secara langsung teknik pembuatan batik tulis yang biasa dikerjakan oleh ibu-ibu mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. 

 

Baca juga "NAPAK TILAS DI TIONGKOK KECIL LASEM (Bagian 1)"

 

Tips untuk menuju Karang Turi:

1. Ambilah penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta Cengkareng menuju Bandara Ahmad Yani Semarang.

2. Setibanya di Bandara Ahmad Yani Semarang, sewalah kendaraan roda empat untuk menuju Desa Karang Turi dengan jarak kurang lebih 130 km atau membutuhkan waktu sekitar 3 jam.

3. Jika hendak menggunakan bus, naiklah taksi online dari Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Terminal Bus Terboyo dengan jarak kurang lebih 10 km atau sekitar 30 menit dan perjalanan dilanjutkan menuju Lasem sekitar 120 km atau kurang lebih membutuhkan waktu 3 jam. Setibanya di Lasem turunlah di depan Masjid Jami’ Lasem.

4. Rumah Merah Heritage Karang Turi sebagai pintu masuk Tiongkok Kecil Lasem tidaklah jauh dari masjid tersebut dan hanya perlu berjalan kaki kurang lebih 100 meter.

5. Untuk mempermudah perjalanan, sewalah kendaraan bermotor dan juga pemandu yang bisa kalian peroleh di Rumah Merah Heritage. Untuk harga sewanya sendiri masih sangat terjangkau, yakni sewa kendaraan bermotor dengan harga Rp75.000/hari sementara untuk jasa pemandu Rp100.000/hari.

6. Jarak antar lokasi di Lasem tidaklah jauh, paling lama hanya membutuhkan waktu 5 menit saja.

7. Bagi yang ingin berkunjung ke Karang Turi bisa menghubungi terlebih dahulu pengurus Pokdarwis Pak Edi Susanto di 0821-3724-5917 atau Bu Candra di 0896-6927-9122

Arief Nurdiyansah
Comment