SAAT SELFIE DENGAN TENGKORAK BUKANLAH SEBUAH KENGERIAN 2016-05-28 00:00

Tengkorak dan peti mati di Londa

 

Di negeri kita Indonesia ini apa sih yang nggak ada? Pantai berjejer, gunung berbaris, air terjun berderet, danau bejibun, hutan, sungai, sawah, mata air air panas, kaldera, kolam alami, laguna, ngarai, tebing, kawah, gua, alam bawah laut, tanjung, teluk, sabana, hewan langka, candi, situs megalitikum, benteng, festival budaya, bahkan sampai tradisi unik, semua ada. Salah satu tradisi unik yang banyak diburu wisatawan baik domestik maupun mancanegara adalah Rambu Solo di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Inilah pestanya orang meninggal yang lebih meriah dari pesta pernikahan. Selain tradisi itu, Tana Toraja sendiri menyimpan banyak keunikan. Di sinilah kita bisa blusukan ke kuburan dan melihat dari dekat tengkorak berserakan tanpa rasa seram. Bahkan banyak yang selfie dengan tengkorak.   

 

CARA  KE TORAJA

Dari kota-kota di Indonesia naik pesawat ke Kota Makassar. Kemudian dari Makassar kita bisa memilih beberapa alternatif transportasi darat menuju ke Tana Toraja yang ditempuh dalam waktu +/-8 jam.

  • Bus, salah satunya yang direkomendasi milik perusahaan Litha & Co. Berangkat dari Makassar antara pkl.09.00-21.30, begitu juga dari Makale atau Rantepao (2 kota utama di Tana Toraja) ada beberapa jam keberangkatan. Harga tiket Rp 120.000-160.000 sekali jalan.
  • Menyewa kendaraan sejenis Avanza dengan harga sekitar Rp 450.000/hari termasuk supir tapi tidak termasuk BBM.

 

Yang tak boleh dilewatkan dalam perjalanan dari Makassar ke Toraja: Bukit Nona di Enrekang

Bukit Nona

Kurang lebih setelah berkendara 3-4 jam kita akan melihat Bukit Nona. Dinamakan Bukit Nona karena bentuknya yang unik seperti –maaf-- vagina. Kita bisa menikmati indahnya bukit ini di tempat pemberhentian sambil menikmati pisang goreng, kopi dan makanan kecil lainnya.

 

APA ITU RAMBU SOLO?

Masyarakat Toraja turun-temurun percaya, orang yang meninggal harus diupacarai secara adat, baru boleh dimakamkan. Nah upacara ini dinamakan Rambu Solo. Selama belum diupacarai, jasad orang meninggal ini disimpan di dalam rumah atau untuk bangsawan di tongkonan (rumah adat Toraja). Sebelum disimpan, jasadnya diberi ramuan dan dilapisi kain sehingga tidak berbau. Penyimpanan bisa berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun, sampai sanak keluarganya punya cukup uang untuk biaya upacara pemakaman.

 

Rambu Solo

 

Rambu Solo dapat berlangsung berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Upacara ini ditandai dengan pemotongan kerbau dan babi. Bagi yang mampu, yang dipotong kerbau bonga yaitu kerbau belang hitam dan putih kedadu-daduan yang dipercaya merupakan kerbau terbaik dan harganya pun bisa seharga mobil Alphard!

 

Kerbau bonga

 

Cara pemakamannya ada tiga yaitu peti disimpan di dalam gua batu, di makam batu berukir atau digantung di tebing. Nah, pemakaman-pemakaman unik inilah yang kemudian menjadi obyek wisata. Yang terbuka untuk turis di antaranya Lemo, Londa dan Kete Kesu yang lokasinya berdekatan dan terletak di selatan Kota Rantepao. Lebih ke selatan lagi ke arah Kota Makale, ada Passiliran. Selain itu ada juga Lokomata, situs megalitikum Bori Parinding dan Desa Palawa yang terletak di utara Rantepao.

 

LEMO

 

Selain kuburan batu, di sini juga ada Patane yakni kuburan dari kayu/bambu yang dibuatnya lebih cepat dan juga karena kendala kurangnya bukit batu di lokasi ini. Di bagian depan kuburan batu dipasang berjejer patung tau tau yaitu patung kayu yang diukir mirip dengan orang yang meninggal.

 

LONDA

Kuburan ini ada di dalam gua gunung batu kapur. Ada jenazah yang masih dalam peti dan banyak juga yang sudah menjadi tengkorak berserakan di beberapa sudut gua.

Ada 2 gua yang bisa dimasuki. Tapi sebagian besar turis hanya masuk ke satu gua. Kita harus ditemani petugas yang selain menunjukkan jalan, juga menyediakan lampu petromaks untuk disewa. Hati-hati berjalan karena pijakan batunya sedikit licin. Ajaibnya, gua ini tidak berbau apa pun, padahal begitu banyak jenazah teronggok di sana. O ya, jangan lupa berfoto dengan latar depan tengkorak di sini ya!

 

 

KETE KESU

 

Adalah desa budaya yang asri dan cantik dengan kuburan gantung di belakangnya. Jejeran tongkonan cantik menyambut pandangan mata saat kita tiba di sini. Hamparan sawah dan pegunungan turut menghiasi sebagai latar.

Di lokasi belakang terdapat rumah warga dan juga kuburan. Di kuburan ini ada peti besar yang merupakan peti dari jasad almarhum kepala suku. Naik lagi ke arah tebing yang dinaungi rerimbunan pohon bambu, banyak terlihat kuburan gantung.

 

PASSILIRAN

Adalah kuburan bayi di pohon tarra. Pohon tarra diameternya besar dan bergetah. Bayi yang meninggal dikubur di dalam batang pohon ini yang dilubangi lalu ditutup ijuk. Lama kelamaan jasad bayi menyatu dengan pohon dan dipercaya cara pemakaman ini akan mengembalikan bayi ke rahim ibunya.

 

PALAWA

 

Adalah sebuah desa yang berlokasi sekitar 11 km ke arah utara dari Rantepao. Desa ini ternyata menyimpan sejarah yang membuat bulu kuduk merinding. Dahulu kala, nenek moyang mereka adalah kanibal! Jika menang perang antardesa, maka daging lawannya dimakan dan darahnya diminum. Iiihh serem! Tapi seiring perkembangan zaman, kebiasaan ini telah pudar sejak lama. Di desa ini selain terdapat 11 tongkonan yang berusia ratusan tahun, juga terdapat penjual suvenir dari kayu khas Toraja.

 

LOKOMATA

 

Batu bulat besar bagaikan bola raksaksa dengan lubang-lubang berbentuk kotak di sekelilingnya adalah bentuk unik dari kuburan batu di wilayah Gunung Sesean ini. Selain satu batu bulat besar ini, di sekitar lokasi juga ada beberapa batu ukuran kecil yang juga dijadikan kuburan.

 

BORI PARINDING

 

Di situs megalitikum ini terdapat puluhan batu berdiri yang disebut menhir. Menhir ini didirikan untuk menghormati para pemuka adat yang meninggal. Batu-batu ini tertancap kokoh menjulang dengan berbagai ketinggian. Makin tinggi batunya, makin tinggi pula derajat orang yang meninggal.

 

APA ITU TONGKONAN?

 

Adalah rumah adat Toraja, bentuknya rumah panggung dan atapnya meruncing seperti perahu. Tongkonan dibuat dari kayu dan elemen alami lainnya tanpa menggunakan besi atau paku.

Tongkonan selalu menghadap ke utara (puya, surga). Bagian atap depan dipasangi tanduk kerbau, bagian kiri rumah yang menghadap barat dipasangi rahang babi dan yang bagian kiri rahang kerbau yang pernah dikurbankan dalam upacara adat keluarga pemilik tongkonan. Dahulu tongkonan hanya dapat dimiliki kaum bangsawan, namun saat ini orang biasa dan bahkan hotel-hotel memasang hiasan atap tongkonan di bagian depan bangunan.

 

Ingin berwisata ke Toraja dengan MyTrip? Silakan buka di sini.

Yang ingin membaca lebih lengkap tentang Toraja bisa membacanya di MyTrip vol 21/2015.

Teks: Kumala S. Budiyanto Foto: Daniel Kampua, Kent Alvin Tjandra, Kumala S. Budiyanto, Mayawati NH, Raiyani Muharramah, Shutterstock
Comment
Subandi

Fotonya keren2!

2016-05-28